Merdeka.com - Kehadiran ojek online tak dipungkiri membawa warna baru bagi moda transportasi ibu kota. Berbasis aplikasi pintar, pengemudi ojek tak lagi kesulitan untuk mendapatkan keuntungan. Pun dari segi penghasilan, mereka mengaku mendapatkan beberapa kali lipat dibanding ojek konvensional.
Seiring kehadiran mereka, penolakan datang dari pengemudi ojek konvensional. Alasan yang utama adalah, GO-JEK dinilai telah merebut rezeki mereka. Penumpang yang biasa naik ojek biasa jatuh ke lain hati dan lebih memilih GO-JEK. Sehingga mereka telah masuk dan merebut merebut wilayah ojek konvensional.
Selain penolakan, hal yang sering disoroti adalah ulah-ulah nakal para pengemudi GO-JEK. Beberapa kali mereka terlihat membenturi aturan seperti parkir sembarangan, melawan arah, membuat pangkalan hingga membawa obat-obatan terlarang.
Berikut merdeka.com menghimpun cerita tentang ulah-ulah nakal driver GO-JEK, Selasa (6/10):
1.
Dilarang mangkal, Pengendara GO-JEK Buat Pangkalan Sendiri
Merdeka.com - Jika di tempat lain pengendara GO-JEK sering mendapat intimidasi hingga dilarang memarkirkan kendaraannya untuk mangkal mencari penumpang, tidak demikian dengan sejumlah pengendara GO-JEK di Pasar Tanah Abang. Mereka malah memiliki pangkalan sendiri di Blok C Tanah Abang.
"Ini memang pangkalan khusus GO-JEK. Kita sendiri yang bikin di sini. Enggak ada ojek lain," kata Yanto, salah satu pengendara Go-Jek yang sedang beristirahat di kursi-kursi plastik yang tersedia di pangkalan itu, Jumat (19/6).
Tidak sulit menemukan pangkalan khusus GO-JEK itu. Markas pasukan ojek berjaket hijau ini terletak persis di bawah jembatan penghubung sisi selatan dan sisi utara Blok C, tepatnya berada di depan los kurma yang ada di jalan Kebun Jati. Di depan pangkalan itu pun, terpampang papan berwarna hijau bertuliskan "Gojek".
"Di pangkalan sini, personelnya ada lima orang GO-JEK. Kalau enggak ada order dari HP, biasanya dapat penumpang yang habis belanja di Tanah Abang. Penumpang langsung datang kemari. Tarifnya sama saja, Rp 25.000, buat awal," ujar Yanto yang mengaku hari itu sudah mendapat uang sewa yang lumayan memuaskan.
"Ini memang pangkalan khusus GO-JEK. Kita sendiri yang bikin di sini. Enggak ada ojek lain," kata Yanto, salah satu pengendara Go-Jek yang sedang beristirahat di kursi-kursi plastik yang tersedia di pangkalan itu, Jumat (19/6).
Tidak sulit menemukan pangkalan khusus GO-JEK itu. Markas pasukan ojek berjaket hijau ini terletak persis di bawah jembatan penghubung sisi selatan dan sisi utara Blok C, tepatnya berada di depan los kurma yang ada di jalan Kebun Jati. Di depan pangkalan itu pun, terpampang papan berwarna hijau bertuliskan "Gojek".
"Di pangkalan sini, personelnya ada lima orang GO-JEK. Kalau enggak ada order dari HP, biasanya dapat penumpang yang habis belanja di Tanah Abang. Penumpang langsung datang kemari. Tarifnya sama saja, Rp 25.000, buat awal," ujar Yanto yang mengaku hari itu sudah mendapat uang sewa yang lumayan memuaskan.
2.
Ketahuan lawan arus
Merdeka.com - Jangan coba-coba berani melanggar lalu lintas jika tak mau ditilang. Mungkin kalimat ini pantas disematkan bagi pengendara GO-JEK hingga membuatnya harus berurusan dengan surat tilang polisi.
Ya, driver GO-JEK ini ketahuan melanggar lalu lintas gara-gara nekat melawan arus. Padahal, kondisi tersebut sangat berbahaya bagi dirinya.
Momen penilangan ini direkam dalam akun Twitter @TMCPoldaMetro. Polisi yang sedang berjaga melihat driver ini melawan arus di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Sebelumnya, polisi juga berkali-kali menilang pengemudi ojek aplikasi lainnya, mulai parkir sembarangan atau tak mengenakan helm.
Ya, driver GO-JEK ini ketahuan melanggar lalu lintas gara-gara nekat melawan arus. Padahal, kondisi tersebut sangat berbahaya bagi dirinya.
Momen penilangan ini direkam dalam akun Twitter @TMCPoldaMetro. Polisi yang sedang berjaga melihat driver ini melawan arus di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Sebelumnya, polisi juga berkali-kali menilang pengemudi ojek aplikasi lainnya, mulai parkir sembarangan atau tak mengenakan helm.
3.
Suka mangkal di trotoar
Merdeka.com - Sering berkumpul hingga membuat pangkalan membuat Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta akan menertibkan keberadaan pengemudi ojek berbasis online, GoJek. Kini banyak pengemudi yang menunggu penumpang di sembarang tempat.
Kepala Dishubtrans DKI Jakarta, Andri Yansyah akan mengambil tindakan terkait dengan maraknya pengemudi GoJek yang mangkal di atas trotoar dan bahu jalan. Andri berencana memanggil CEO sekaligus Founder GoJek, Nadiem Makarim.
"Saya akan panggil nanti si Nadiem. Omongannya sudah tidak sesuai sama apa yang dia bilang waktu promosi Gojek ke kita," katanya di Balai Kota, Kamis (1/10).
Kepala Dishubtrans DKI Jakarta, Andri Yansyah akan mengambil tindakan terkait dengan maraknya pengemudi GoJek yang mangkal di atas trotoar dan bahu jalan. Andri berencana memanggil CEO sekaligus Founder GoJek, Nadiem Makarim.
"Saya akan panggil nanti si Nadiem. Omongannya sudah tidak sesuai sama apa yang dia bilang waktu promosi Gojek ke kita," katanya di Balai Kota, Kamis (1/10).
Ia mengungkapkan, dulu Nadiem menggembor-gemborkan jika jasa layanan angkutannya tersebut tak akan menyebabkan kemacetan. GoJek, kata Nadiem saat itu, menggunakan sistem online dan si pengemudi tidak membutuhkan pangkalan seperti ojek konvensional.
Menurut Andri, boleh saja jika membutuhkan tempat menunggu. Tapi bukan di tempat yang tidak seharusnya seperti trotoar ataupun bahu jalan. Selain itu pihaknya juga akan menertibkan para pengemudi Gojek yang tertangkap mangkal menunggu penumpang di trotoar. Mereka telah melanggar dan mengganggu pejalan kaki.
"Kalau bicara masalah pelanggaran lalu lintas, tidak usah tunggu panggil Nadiem, pengemudi Gojek itu kita tertibkan. Jadi kita paralel saja," tegasnya.
Menurut Andri, boleh saja jika membutuhkan tempat menunggu. Tapi bukan di tempat yang tidak seharusnya seperti trotoar ataupun bahu jalan. Selain itu pihaknya juga akan menertibkan para pengemudi Gojek yang tertangkap mangkal menunggu penumpang di trotoar. Mereka telah melanggar dan mengganggu pejalan kaki.
"Kalau bicara masalah pelanggaran lalu lintas, tidak usah tunggu panggil Nadiem, pengemudi Gojek itu kita tertibkan. Jadi kita paralel saja," tegasnya.
4.
Pengemudi GO-JEk edarkan sabu
Merdeka.com - Seorang pengemudi GoJek Supriono (39) dibekuk petugas Polsek Tanjung Duren, Jakarta Barat, karena diduga kuat sebagai bandar narkoba jenis sabu.
Dari tangan pelaku, polisi mengamankan dua paket kecil sabu siap edar seberat 0,3 gram yang tersimpan di bungkus rokok. Kanit Reskrim Polsek Tanjung Duren AKP Antonius mengatakan, Supriono diamankan saat berada di Jalan Pedongkelan, RT 08/08, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat.
Menurut Antonius, aksi jual beli narkoba yang dilakukan Supriono sebenarnya telah tercium oleh polisi sejak beberapa bulan lalu. Hanya saja, profesi pelaku sebagai GoJek membuat polisi sulit melacak keberadaan Supriono.
"Dia itu DPO Polsek Tambora dan Cengkareng, dan kami (Tanjung Duren) telah mengincarnya sejak lama," tambah Antonius. Sementara itu, Supriono mengatakan, baru 2 bulan bergabung dengan GoJek.
Supriyono mengaku barang haram tersebut didapat dari rekannya yang bertempat tinggal di Komplek Permata (Kampung Ambon), Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat. Dari pengambilannya satu gram sabu senilai Rp 1,4 juta, lanjut Supriono, mampu menjadikan paket kecil sebanyak 5 buah dan dijual dengan harga Rp 400.000.
Suami dari Hariyanti (39) itu menambahkan, keberadaannya sebagai salah satu dari GoJek telah mampu membuat dirinya melenggang bebas mengantar jemput sabu dari bandar besarnya hingga ke tangan konsumen. "Kadang-kadang kita pake GoJek supaya samar," terang Supriono.
Dari tangan pelaku, polisi mengamankan dua paket kecil sabu siap edar seberat 0,3 gram yang tersimpan di bungkus rokok. Kanit Reskrim Polsek Tanjung Duren AKP Antonius mengatakan, Supriono diamankan saat berada di Jalan Pedongkelan, RT 08/08, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat.
Menurut Antonius, aksi jual beli narkoba yang dilakukan Supriono sebenarnya telah tercium oleh polisi sejak beberapa bulan lalu. Hanya saja, profesi pelaku sebagai GoJek membuat polisi sulit melacak keberadaan Supriono.
"Dia itu DPO Polsek Tambora dan Cengkareng, dan kami (Tanjung Duren) telah mengincarnya sejak lama," tambah Antonius. Sementara itu, Supriono mengatakan, baru 2 bulan bergabung dengan GoJek.
Supriyono mengaku barang haram tersebut didapat dari rekannya yang bertempat tinggal di Komplek Permata (Kampung Ambon), Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat. Dari pengambilannya satu gram sabu senilai Rp 1,4 juta, lanjut Supriono, mampu menjadikan paket kecil sebanyak 5 buah dan dijual dengan harga Rp 400.000.
Suami dari Hariyanti (39) itu menambahkan, keberadaannya sebagai salah satu dari GoJek telah mampu membuat dirinya melenggang bebas mengantar jemput sabu dari bandar besarnya hingga ke tangan konsumen. "Kadang-kadang kita pake GoJek supaya samar," terang Supriono.
Sumber : Merdeka.com
No comments:
Post a Comment