Seperti jamur di musim penghujan, aplikasi semacam Go-Jek dan GrabBike mulai menjamur di ibu kota. Kali ini hadir Blu-Jek pesaing baru dua ojek online yang identik dengan warna hijau. Blu-Jek ini didirikan oleh dua orang Indonesia, Garrett Kartono dan Michael Manuhutu.
"Peluang selalu terbuka selama ada permintaan pasar yang tinggi dengan ekspektasi yang semakin detail dan personal," ujar Garret Kartono founder Blu-Jek kepada Merdeka.com saat usai acara peluncuran Blu-Jek di Jakarta, Kamis (17/9).
Pada dasarnya, antara Blu-Jek dan Go-Jek tak ada bedanya baik dari segi model bisnisnya maupun sistem bagi hasilnya. Dari sisi pembagiannya, 80 persen untuk pengemudi dan 20 persen bagi perusahaan aplikasi. Hanya saja, kata Garret, yang membedakan adalah metode pembayaran yang menambahkan e-cash dari Bank Mandiri.
"Secara model bisnis sama gak ada yang beda dengan kompetitor lain. Hanya saja kita menambahkan fitur pembayaran dengan menggunakan e cash mandiri," katanya.
Garrert mengakui hingga saat ini jumlah pengojek digitalnya yang sudah siap melayani masyarakat Jabodetabek mencapai sekitar 1000 pengojek. Namun, jumlah itu akan terus bertambah.
"Kita targetkan capai 10 ribu pengojek. Saat ini yang udah siap 1000 pengojek, tapi 5000 sisanya, itu sedang diproses pengajuan pendaftaran," tuturnya.
Dia pun cukup optimis bersaing dengan beberapa kompetitor yang sudah hadir terlebih dahulu. Bahkan, ia sesumbar akan melebarkan sayap ke luar negeri.
"Fokus kita untuk go internasional itu Asean, salah satunya kemungkinan di Thailand. Untuk harganya saat ini, kita mulai Rp 20 ribu di lima kilometer pertama, selanjutnya Rp 4000 setiap kilometernya," ucapnya.
Saat ini diakuinya, pengguna dapat menikmati free ride dengan menggunakan voucher. Sayangnya, pihaknya belum jelas memberikan informasi mengenai cara mendapatkan voucher tersebut. Namun dipastikan operasional Blu-Jek mulai besok.
No comments:
Post a Comment