Saturday, October 17, 2015

PENGUMUMAN, SEGERA DOWNLOAD APLIKASI BERITA GO-JEK TERBARU!


Pengumuman kepada seluruh user, dikarenakan banyaknya Bugs atau Error di Aplikasi ini maka kami Developer dari Aplikasi Berita Gojek  merilis Versi 2.0. Segera download Versi 2.0 dengan menggunakan LINK BERIKUT >>KLIK<< atau bisa juga dengan mencari di Playstore dengan Keyword " Berita GO-JEK New " . Ada tambahan kata " NEW " untuk versi 2.0

Setelah pengumuman ini tidak akan ada update berita di aplikasi versi lawas ini. Berita hanya ada di Versi Terbaru 2.0.

Terimakasih telah meng-Unduh aplikasi kami.

Friday, October 16, 2015

Cerita Driver Gojek Jadi Fotografer Gara-gara Tugu Bekasi



VIVA.co.id - Berbagai cerita unik mulai banyak tercipta seiring dengan semakin panjangnya durasi kehadiran Gojek di ibukota.

Para pengendara alias driver Gojek tak hanya cukup mengantarkan penumpang ke tujuan yang dikehendaki pemesan, tapi juga, mau tidak mau melayani keinginan konsumen yang kadang cukup beragam.

Salah satunya seperti yang dialami driver Gojek asal Bekasi, Jawa Barat bernama Bagus ini. Ia pernah menjadi fotografer dadakan demi memenuhi keinginan konsumen.

Pria berusia 28 tahun itu menceritakan, ia sering mendapat pesanan penumpang di kawasan Summarecon Bekasi karena memang kawasan tersebut selalu ramai setiap harinya. 

Ia bercerita, kerap mendapat penumpang yang berasal dari Jakarta. Di tengah-tengah kawasan Summarecon Bekasi, terdapat sebuah tugu yang berbentuk segitiga terbalik. Di tugu itulah, ia kerap menjadi fotografer dadakan. 

"Sering beberapa kali, ada penumpang minta berhenti, terus mintafotoin di tugu, apalagi kalau malam, kan cantik memang tugunya," kata Bagus kepada VIVA.co.id, Jumat 16 Oktober 2015.

Karena pengalaman yang terus berulang itu, pada kesempatan lain, Bagus kerap menawarkan konsumen yang dibawanya untuk mengabadikan diri di tugu itu sebelum sampai ke tujuan yang diorder melalui aplikasi.

"Apalagi kalau yang tujuannya ke Stasiun Bekasi, nah biasanya orang datangan tuh. Saya tawarin aja, mau berhenti foto di tugu nggak, karena beberapa kali penumpang saya minta difotoin," kata Bagus.

Sumber: viva.co.id

Tidak Terima Ojek GrabBike Angkut Penumpang, Opang Kalibata Meradang



Jakarta - Gesekan antara pengemudi ojek pangkalan dengan ojek online GrabBike terjadi di Kalibata. Pengemudi yang biasa mangkal di depan Stasiun Duren Kalibata tidak terima saat ojek berbasis aplikasi itu mengangkut penumpang di wilayah tersebut.

Kapolsek Pancoran Kompol Minto Padal Putro membenarkan adanya gesekan tersebut. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 13.00 WIB, Kamis (15/10/2015).

"Pengemudi GrabBike ambil penumpang tepat di depan stasiun Kalibata. Di depan situ kan ada ojek yang biasa mangkal, mereka tidak terima lalu helm pengemudi GrabBike dibanting," kata Minto saat dikonfirmasi detikcom, Kamis (15/10/2015).

Mendapat pertentangan dari ojek pangkalan, pengemudi GrabBike memilih ambil langkah seribu. "Tidak terjadi tindak kekerasan, pengemudi GrabBike kabur waktu helmnya dibanting," ujar Minto.

Selang beberapa saat kemudian serombongan pengemudi GrabBike menyisir kawasan Stasiun Duren Kalibata. Namun, karena pihak kepolisian mengkhawatirkan adanya aksi balasan dari kelompok pengemudi GrabBike, maka beberapa polisi termasuk Kapolsek langsung menuju ke lokasi cekcok.

"Tidak ada aksi perusakan atau kekerasan, saya langsung di sana dan meredam massa agar tidak terjadi tindak kekerasan," ujar Minto.

Sumber: detik.com

Perlawanan ojek online sering dizalimi ojek pangkalan



Merdeka.com - Meski perdamaian sudah diinisiasi oleh pihak kepolisian termasuk menandatangani kesepakatan bersama, keributan antara tukang ojek pangkalan dengan ojek berbasis aplikasi masih terjadi. Pemicunya tentu saja karena rebutan penumpang.

Kasus terbaru terjadi antara driver GrabBike dengan tukang ojek pangkalan di Stasiun Kalibata,Jakarta Selatan, Kamis (15/10) kemarin. Saat hendak mengambil penumpang, driver GrabBike didatangi salah seorang tukang ojek pangkalan yang merasa penumpangnya direbut. Helm milik driver GrabBike dibanting oleh tukang ojek pangkalan.

Tak mau ribut, driver GrabBike tersebut pergi dan mengadu kepada rekan-rekannya. Solidaritas yang kuat di antara mereka membuat para driver melawan. Berjumlah seratusan, mereka mendatangi Stasiun Kalibata dan mencari pelaku. Namun, pangkalan ojek yang berada di sebelah barat stasiun itu kosong karena tukang ojek yang biasa berkumpul sudah kabur.

"Teman kita tadi katanya dipukul waktu mau ambil penumpang. Kita tidak terima, makanya kita cari pelakunya ke sini," kata salah satu driver GrabBike di lokasi kepada merdeka.com.

Pantauan merdeka.com, kehadiran ratusan driver GrabBike itu membuat macet jalan menuju Pengadegan, karena seluruh ruas jalan tertutup.

Sempat terjadi ketegangan saat seorang pengendara yang hendak melintas mengusir mereka. "Lu siapa? Lu ojek pangkalan sini?" tanya seorang driver GrabBike yang kesal dan hendak melabrak pengendara berkacamata hitam itu.

Namun polisi yang ada di lokasi berhasil mencegah keributan. Para driver GrabBike kemudian sempat konvoi. Namun mereka kembali lagi ke arah Stasiun. "Udah di sini aja, kita tunggu pelakunya," ujar salah satu driver GrabBike.

Kapolsek Pancoran, Kompol Minto Padal Putro menyatakan polisi berhasil mendinginkan suasana sehingga keributan berhasil dihindari.

"Sempat muter-muter, namanya ojek online pasti banyak temannya tapi sudah ditangani. Orangnya langsung lapor polisi. Saya bilang kalian semua bagus dan kompak, tapi jangan rugikan lalu lintas. Mereka pun bubar," ungkap Putro saat dihubungi merdeka.com, Kamis (15/10).

Thursday, October 15, 2015

Ketika Pengemudi Gojek Luluh Perkataan Penumpang Cantik34



VIVA.co.id - Pelanggaran lalu lintas di jalan bukan hanya dilakukan pengendara yang nakal, tetapi juga diikuti pengemudi Gojek. Belakangan, banyak pengemudi ojek online itu ditilang polisi karena melanggar lalu lintas.
Padahal, saat mendaftar sebagai pengemudi Gojek, perusahaan sudah menekankan untuk mematuhi peraturan lalu lintas yang ada. Namun, sering kali, pelanggaran itu dilakukan atas perintah pengguna Gojek.
Seperti yang dialami oleh Reza (29), seorang driver Gojek yang mengaku kerap mangkal di kawasan Jakarta Pusat, tepatnya di depan Stasiun Gambir, Jalan Medan Merdeka Timur Jakarta Pusat.
Dia mengatakan, sekitar seminggu yang lalu, Reza yang mengaku mengontrak di kawasan Kayumas, Rawamangun, Jakarta Timur ini, pernah mengantarkan penumpang perempuan dari sebuah komplek perumahan yang tak jauh dari lokasi kontrakannya ke Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintohardjo, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.

Penumpang yang menurutnya berparas cantik itu memintanya mengantar ke lokasi tujuan dengan tempo cepat.

"Jadi si cewek ini minta diantar buru-buru, waktu itu dari lokasi jemput dia jam 06.05 WIB pagi. Dia minta saya antarkan ke tujuannya itu musti sampai pukul 07.00 WIB kuranglah pokoknya," kata Reza saat ditemui di depan Stasiun Gambir, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Selasa, 13 Oktober 2015.

Reza yang merasa tak mungkin bisa mencapai lokasi tujuan dengan kondisi jalan yang macet, akhirnya menyampaikan ke calon penumpangnya bahwa dia tak bisa mengantarkannya ke lokasi tujuan dengan tepat waktu.
Namun, wanita tersebut malah menyarankannya melanggar lalu lintas seperti masuk ke jalur busway, dan menerobos lampu merah.

Yang terpenting, kata wanita tersebut, dia bisa sampai sebelum jam yang tadi wanita tersebut minta di lokasi tujuan.
Wanita tersebut juga mengiming-imingi Reza tidak memberi komentar buruk usai menggunakan jasanya tersebut, dan jika Reza tak menyanggupi, dia akan mengurungkan niatnya menggunakan jasa Reza, dan mencari driver Gojek yang lain.

Reza yang berpikir sempit akhirnya menyanggupi permintaan sang penumpang. Tanpa ragu, dia memacu sepeda motornya dengan cepat.

"Saya masuk jalur busway, saya terobos lampu merah, saya ngebut, semua saya lakuin deh yang tuh cewek suruh. Abis dia bilang mau cari driver lain kalau saya enggak mau, yah saya kan bingung. Sekarang itu cari penumpang kan udah susah," kata dia.

Dari pengakuan penumpang wanita tersebut, dia mengejar waktu operasi di RSAL Mintohardjo. Namun, Reza tak tahu, apakah sang penumpangnya tersebut seorang dokter, atau seorang pasien. "Tapi dia cantik banget sih emang, saya duga sih dokter," tambahnya.

Pada akhirnya, Reza mengantar penumpang cantik itu sampai ke lokasi tujuan dan tak terkena tilang polisi saat di jalan menuju ke RSAL Mintohardjo.
"Yah akhirnya sampai lokasi jam 06.50 WIB, sesuai yang dia minta. Tapi hati enggak tenang pas bawa motor karena takut ditilang segala macam, kan ribet jadinya saya. Besok- besok saya enggak mau lagi langgar rambu meski disuruh penumpang," kata dia.

Sumber: viva.co.id

Cerita Pengemudi Go-Jek Tentang Satgas Internal 'Penetral' dengan Opang



Jakarta - Di awal kemunculan aplikasi Go-Jek, tidak jarang terjadi gesekan-gesekan dengan para ojek mangkal (opang). Untuk mengantisipasinya, Go-Jek rupanya berinisiatif membentuk satgas internal.

Seperti yang diceritakan oleh salah satu pengendara bernama Nahrowiali, Kamis (15/10/2015). Pria yang asal Depok itu mengatakan dengan keberadaan satgas itu gesekan-gesekan yang terjadi di lapangan umumnya bisa teratasi dengan baik-baik.

"Satgas itu cukup membantu. Apalagi pas dulu ramai-ramai opang sering nolak Go-Jek yang jemput atau nurunin penumpang di wilayahnya," kata Nahrowiali.

Dia mengaku tidak tahu sejak kapan satgas itu terbentuk. Anggotanya terdiri dari pengemudi Go-Jek yang sudah senior dan pensiunan Polri-TNI.

Anggota satgas yang terbentuk ini ada di setiap wilayah Jakarta, seperti Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. "Mereka biasanya standby di rumah. Menunggu aduan dari sopir Go-Jek yang diusili sama opang," terangnya.

"Lumayan banget terasa fungsinya satgas ini jadi ngebuka jalan buat kita ke daerah-daerah yang sebelumnya menolak Go-Jek," imbuh pria 6 anak tersebut.

Dia pun menuturkan, sejauh ini baru Go-Jek yang memiliki satgas seperti itu. Berdasarkan informasi yang dia terima, aplikasi-aplikasi ojek online lainnya belum memiliki tim satgas tersendiri seperti itu.

"Setahu saya sih baru Go-Jek saja yang punya satgas, aplikasi ojek lainnya belum ada," pungkasnya.

Nahrowiali baru menjadi pengemudi Go-Jek dalam 2 bulan terakhir. Dia sendiri pernah beberapa kali didatangi beberapa opang saat menjemput penumpang, namun selama masih dapat diajak berbicara baik-baik maka dapat diatasi dengan secara kekeluargaan. 
(aws/dra)

Sumber: detik.com

Wednesday, October 14, 2015

Heboh Kabar Go-Jek Akan Dibeli Google1



Rumor yang merebak pasca-kunjungan Google ke kantor GoJek Indonesia pada Senin (5/10/2015) lalu ternyata sampai ke telinga pendiri Go-Jek Nadiem Makarim.

Kunjungan spesial tersebut memang menyisakan beberapa pertanyaan. Apakah mungkin kedatangan tersebut awal dari penjajakan sesuatu yang lebih antara Go-Jek dan Google? Spekulasi ini tak ayal menimbulkan kehebohan yang turut mengundang tanggapan dari Nadiem. 

"Wah, rumornya luar biasa ya? Semua orang ngomongin itu," kata Nadiem Makarim sambil tertawa usai peluncuran layanan Go-Box di sela-sela gelaran pameran Indonesia Transport Supply Chain & Logistic (ITSCL) 2015 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (10/8/2015) seperti dikutipAntara.

Nadiem mengatakan, alasan kedatangan Google adalah untuk melakukan pengambilan gambar video untuk sejumlah klien mereka.

"Mereka cuma ambil video untuk klien di sini, soal inspirasi dan dampak sosial bagi bangsa ini dan Google menjadi bagian dari itu. Sepertinya itu buat menginspirasi anggota tim mereka deh, bagaimana Google sudah membantu perusahaan seperti Go-Jek di seluruh dunia," katanya.

Layanan Google memang menjadi bagian dari aplikasi Go-Jek. Layanan Google Maps misalnya, sudah terintegrasi di dalam aplikasi Go-Jek yang memungkinkan pengguna menentukan lokasi tempat dia berada dengan fitur "Use Current Locations" jika lokasi yang dimaksud tidak ada dalam pencarian.

Meski demikian, Nadiem tak menjelaskan kelanjutan dari pertemuan itu, termasuk soal akuisisi Go-Jek oleh Google.

Saat ini, Go-Jek Indonesia telah mendapatkan suntikan dana dari investor Northstar Group, sebuah perusahaan investasi yang bermarkas di Singapura dan juga Sequoia Capital yang berakar di Silicon Valley.

"Funding tentu akan terus kita tingkatkan karena funding kan tidak hanya sekali, ada sih beberapa selain Northstar Group,  ada beberapa yang saya tidak bisa sebutkan," kata Nadiem.

Sumber: kompas.com

Ojek Menjamur, Warga DKI Kurang Berminat Naik Angkot, Taksi, dan Bus



JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam beberapa bulan terakhir, minat warga Jakarta menggunakan angkutan umum tercatat menurun. Menurut Ketua Organda DKI Shafruhan Sinungan, perekonomian yang tengah lesu membuat masyarakat malas menggunakan transportasi umum, terutama angkot, taksi, dan bus. 

"Perekonomian kita turun, daya beli masyarakat turun sehingga memengaruhi semua sektor. Kalau angkutan umum, persentase penggunaannya mengalami penurunan drastis hingga 30 persen lebih. Itu sudah sejak 3-4 bulan yang lalu," kata Shafruhan kepadaKompas.com, Kamis (8/10/2015). 

Tak hanya pengaruh ekonomi, menurunnya minat warga Ibu Kota dalam memanfaatkan sarana transportasi umum juga disebabkan oleh menjamurnya moda transportasi alternatif, seperti ojek dan taksi berbasis aplikasi. 

Moda transportasi berbasis aplikasi ini tidak jarang menawarkan tarif di bawah normal sehingga membuat penumpang perlahan meninggalkan moda transportasi umum yang konvensional. 

"Selain karena faktor ekonomi, masalahnya juga karena saling tumpang tindih ditambah persaingan yang tidak sehat. Uber, Gojek, itu kan tidak sehat, itu kan tidak legal sehingga tidak fairjuga bersaing dengan angkutan yang legal," kata Shafruhan. 

Meski begitu, tak dimungkiri pula, kenyamanan moda transportasi umum di Jakarta masih belum maksimal. Kecelakaan yang melibatkan angkutan umum pun masih sering terjadi. Di antaranya adalah kasus-kasus tabrakan kopaja dan metromini di sejumlah ruas jalan Ibu Kota dalam beberapa bulan terakhir.

Sumber: kompas.com

Di China, "Ridesharing" ala Uber Harus Berlisensi



KOMPAS.com - China mulai mempublikasikan naskah aturan yang akan mengatur keberadaan bisnis ride sharing, seperti Uber. Model bisnis ini sedang menjadi tren baik di Negeri Tiongkok itu maupun negara lain di seluruh dunia.

Naskah peraturan yang sudah dipublikasi di situs resmi Menteri Perhubungan China tersebut bertujuan menjaga keteraturan bisnis dan memperkuat pengawasan terhadap aplikasi pemesanan kendaraan. Di China sendiri terdapat dua perusahaan ride sharingyang beroperasi, yaitu Uber dan Didi Kuaidi.

Sebagaimana dilansir KompasTekno dari Reuters, Senin (12/10/2015), naskah peraturanridesharing China mensyaratkan setiap perusahaan untuk mengajukan lisensi dan menjamin bahwa mekanisme pembayaran mereka transparan.

Lisensi tersebut dikeluarkan berdasarkan kota tempat mereka beroperasi. Kendaraan penyedia ridesharing pun dibatasi maksimal hanya boleh menyediakan 7 kursi. 

Perusahaan aplikasi itu juga diatur agar tidak sembarangan memanfaatkan pengemudi atau pemilik kendaraan. Antara lain, mereka hanya boleh menggunakan pengemudi yang berpengalaman serta memiliki surat izin mengemudi.

Uber dan Didi Kuaidi selama ini bersaing ketat memperebutkan pangsa pasar di China. Masing-masing menggelontorkan investasi miliaran dollar untuk merayu pengguna, memberikan diskon dan mensubsidi pendapatan pengemudi penyedia layanannya.

Saat ini Uber mengaku sedang menyiapkan dokumen lisensi operasional mereka di China. Mereka telah mengantongi investasi 1,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 16 triliun untuk perluasan pasar di lebih dari 100 kota di China dalam setahun mendatang.

Sedangkan Didi Kuaidi, yang didukung raksasa e-commerce Alibaba Group serta Tencent Holding, mengatakan sudah memperoleh lisensi untuk operasional di Shanghai dan ingin mengajukannya untuk sejumlah kota lain. Mereka disebut sebagai aplikasi ridesharingpaling dominan di Negeri Tiongkok itu.

Selain China, negara lain yang sudah menerapkan aturan ridesharing adalah Filipina. Mereka mengategorikan Uber dan sejenisnya sebagai sebuah Transportation Network Company (TNC) dan mensyaratkan pengajuan izin tertentu, mulai dari operasional hingga soal pengemudi yang mereka gunakan.

Sementara itu di Indonesia, aturan ride sharing masih belum jelas. Keberadaan layananride sharing, seperti Uber dan GrabCar milik GrabTaxi terus menerus dihujani kontroversi. Sementara itu, layanan ride sharing yang menggunakan motor, sejenis GoJek dan GrabBike, makin banyak bermunculan.

Sumber: kompas.com

Perang ojek aplikasi, apakah kabar semangat angkutan massal di DKI?



Merdeka.com - Sejak pertengahan tahun ini, ramai-ramai perusahaan aplikasi melirik kendaraan roda dua sebagai peluang bisnis. Mereka berlomba-lomba membuat sepeda motor sebagai ojek yang memanfaatkan sistem aplikasi.

Dengan sistem itu, nantinya pengemudi terhubung langsung dengan calon penumpang lewat aplikasi yang telah di-download. Urusan tarif, tak ada lagi model tembak, karena perusahaan menetapkan tarif sesuai jaraknya dengan batas maksimal kilometer yang ditentukan.

Di Jakarta misalnya. Sebut saja GO-JEK, Grabbike, Bluejek, Topjek, Ladyjek, dan Jegertaksi. Tak cuma untuk kendaraan roda dua, ada pula beberapa perusahaan aplikasi yang khusus menyediakan layanan jasa dengan roda empat seperti Uber dan Grabcar.

Menjamurnya angkutan berbasis aplikasi seolah membuat pemerintah daerah maupun pusat tak berdaya membendung. Apalagi, respons masyarakat sangat positif.

Padahal, bila melihat ke belakang rencana ini tak sejalan dengan semangat Pemprov DKI meningkatkan dan memperbaiki layanan angkutan massal di Jakarta. Seperti diketahui, bolak-balik Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, berjanji akan menambah armada Transjakarta, bus sedang hingga bus tingkat.

"Saya jamin dari sekarang sampai akhir 2016, akan terus datang bus-bus bagus," ujar Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (24/6).

Untuk itu, dalam memaksimalkan penambahan angkutan umum bagi tersedianya transportasi massal yang memadai di ibu kota, Ahok juga akan mengintegrasikan Kopaja dengan layanan Transjakarta. Bahkan, dirinya juga memberikan kesempatan kepada para pemilik bus lainnya, untuk ikut serta bergabung dalam manajemen Transjakarta.

"Kita tawarkan, di luar Kopaja kalau ada bus pribadi yang di manajemen enggak jelas, jatahnya boleh ditambahkan ke Transjakarta, dan bergabung seperti Kopaja. Jadi enggak ada lagi Kopaja jatahnya sekian, enggak ada lagi," ujar Ahok.

Tak hanya itu, Ahok juga menerapkan sejumlah sistem untuk menekan penggunaan kendaraan pribadi di Jakarta. Salah satunya sepeda motor.

Dia membuat kebijakan motor dilarang melintas di kawasan Thamrin hingga Bundaran HI. Bahkan belakang, Ahok berjanji akan memberikan layanan transportasi massa (angkutan umum) bagi warga Ibu Kota secara gratis, guna ikut bersaing dengan kedua perusahaan jasa tersebut.

"Nanti transportasi massal kita tuh gratis. Di dalam kota akan ada bus tingkat gratis. Kita juga adakan tiket harian. Sekarang TNI, Polri, (pegawai) Bank DKI, pelajar, semua gratis," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (13/8).

Ahok berjanji kebijakan tersebut bakal segera terealisasi. Hal tersebut untuk memperluas larangan bagi penggunaan kendaraan roda dua di jalan-jalan protokol.

"Nanti yang seumur hidup juga gratis. (Pemilik) KTP semua gratis. Nantinya pangsa pasar akan terpisah dan motor enggak bisa masuk lagi ke jalan protokol," pungkasnya.

Jika ojek aplikasi terus menjamur di Jakarta, mampukah Ahok mewujudkan angkutan massal yang nyaman dan aman untuk warga Jakarta?

Pengamat Transportasi, Alvinsyah menilai, harusnya pemda DKI maupun pemerintah pusat menjadikan fenomena angkutan aplikasi ini untuk berbenah diri.

"Sebenarnya ini momentum untuk pemerintah daerah dan pusat berbenah diri. Harusnya pemerintah jangan diam dan terlena karena fenomena angkutan aplikasi ini bisa saja sampai tahap menjenuhkan untuk penumpang," katanya saat berbincang dengan merdeka.com, Selasa (12/10).

Dia menilai pemerintah justru yang tak melihat peluang bisnis seperti ini. Alhasil, ada seseorang yang melihat kemudian digarap dan sukses, sayangnya malah menuai pro dan kontra karena beberapa aturan.

"Harusnya pemda malu, ada kewajiban sebagai penyedia layanan transportasi gak dijalankan dengan baik. Akhirnya pasar yang bergerak dan orang melihat ada peluang angkutan aplikasi ini padahal ojek ada sejak puluhan tahun. Makanya ini harus jadi motivasi untuk angkutan umum dibuat menarik," pesannya.

Ditambahkan dia, sebenarnya angkutan massal masih memiliki pasarnya. Sayang, pemerintah belum serius untuk melakukan pengelolaan dengan baik.

"Kita sekarang enggak punya pilihan. Kita terjebak di layanan transportasi, terintegrasi, tapi kita bicara ini dua sisi, karena ini berkaitan dengan tata ruang. Paketnya kalau kalau mau serius, angkutan masal diperbaiki dan tata ruang dibenahi. Seperti angkutan massal, misalnya terstruktur dengan angkutan pendukungnya, seperti mikrolet, tapi sekarang masalahnya dikelola perorangan. Situasi ini harusnya ditanggapi serius, fenomena aplikasi berkembang terus," pungkasnya.

Sumber: merdeka.com

Tak Sabar Tunggu Lampu Merah, Abang Go-Jek Ini Gebrak Taksi di Pejaten



Jakarta - Entah sedang buru-buru mengejar pesanan atau sedang kepanasan dengan cuaca Jakarta, pengemudi Go-Jek ini kehilangan kesabaran. Tak sabar menunggu lampu merah, dia menggebrak bagian belakang taksi.

Insiden kecil itu terjadi di perempatan lampu merah Pejaten Village, Jakarta Selatan, Selasa (13/10). Lampu lalu lintas untuk kendaraan ke arah Ragunan dari Mampang sedang menunjukkan warna merah.

Tiba-tiba seorang pengemudi Go-Jek menyelip di antara mobil-mobil yang sedang berhenti. Usaha  pengemudi Go-Jek untuk menyelip dari tengah terhenti di belakang taksi, sementara di bagian kirinya ada Kopaja.

Si pengemudi merasa bisa menyelip jika taksi di depannya mau maju sedikit. Klakson dibunyikan, namun taksi tak juga bergerak. Tiba-tiba ia menggebrak bagian bagasi taksi berwarna biru itu. Bruk!

Tak terima digebrak, sopir taksi pun turun. Mereka terlibat adu argumen. "Bisa itu maju," kata si pengemudi Go-Jek. "Sabar ini lagi lampu merah, nggak bisa maju mentok. Kenapa pukul-pukul," balas sang sopir taksi geram.

Pengemudi Go-Jek bertubuh besar itu tetap mempertahankan argumennya seraya menatap tajam. Beberapa saat kemudian, lampu hijau menyala dan si pengemudi Go-Jek langsung tancap gas.

Layanan jasa berbasis aplikasi Go-Jek memang tengah menjadi fenomena di Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia. Banyak pelanggan di Jakarta yang memuji layanan Go-Jek yang aman, cepat dan murah, tapi tak sedikit juga kritik berdatangan untuk oknum pengemudi yang tidak tertib, padahal mereka mengenakan atribut yang mudah dikenal. 

Sumber: detik.com

Tuesday, October 13, 2015

Calon Doktor Rela Jadi Pengemudi Pengojek, Ini Alasannya



TEMPO.COJakarta - Seorang guru Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur, Thomas Sutana, meninggalkan pekerjaannya dan beralih menjadi pengemudi Go-Jek. Pria 48 tahun ini rela meninggalkan pekerjaannya itu demi mengurus istrinya yang menderita kanker. "Saya daftar Go-Jek untuk tambah biaya menghidupi keluarga," kata Tana, sapaan akrab Thomas, saat ditemui Tempo di Pondok Indah, Jakarta Selatan, Jumat, 18 September 2015.

Kisah Thomas berawal ketika dirinya mengetahui sang istri mengidap kanker stadium 3C sekitar setahun lalu. Awalnya istrinya mengidap kanker rahim. Setelah sembuh, kanker kembali muncul di bagian otak. Saat ini, katanya, ada kemungkinan kanker menjalar ke paru-paru dan usus besar. "Saya harus siaga menjaga istri agar penanganannya tak terlambat," ujarnya.

Kondisi istrinya itu membuat Tana memutuskan untuk mengajukan pensiun dini dari profesinya sebagai Guru di SMP dan SMA Pangudi Luhur. Dia sudah mengabdi di sekolah swasta ternama itu sejak 1996 atau kurang lebih 18 tahun. 

Dengan menjadi pengemudi Go-Jek, Tana mengaku bisa memberikan perhatian lebih. Di sela-sela kesibukannya sebagai pengemudi GoJek, Tana mengaku selalu menyempatkan diri untuk menengok sang istri. Setiap harinya pria berumur 48 tahun ini mengambil rata-rata lima pelanggan. 

Dia lebih memilih pelanggan dengan jarak tempuh jauh agar uang yang didapatkan langsung banyak. Biasanya, Tana keluar dari rumahnya di daerah Pamulang, Tangerang Selatan, pukul 04.30. Biasanya, penumpang minta diantar ke kawasan perkantoran, seperti Sudirman atau Kuningan. "Lumayan sekali narik, tarif normalnya sekitar Rp 90.000," katanya.

Sumber: tempo.co

Kecelakaan, Driver Go-Jek Tergeletak di Jalan Yos Sudarso Jakut



Jakarta - Seorang pengemudi Go-Jek menjadi korban kecelakaan di Jalan Yos Sudarso, Jakarta Utara. Driver tersebut tergeletak di tengah jalan. 

"Iya benar, pengemudi Go-Jek kecelakaan di Jalan Yos Sudarso ke arah Plumpang," kata petugas NTMC Polri, Adit saat dikonfirmasi, Selasa (13/10/2015) pukul 05.55 WIB. 

Laporan tersebut diterima petugas pada pukul 05.30 WIB. Saat kecelakaan, driver tidak membawa penumpang.

"Pengemudi masih tergeletak. Bagaimana kondisi persisnya, kami belum mendapatkan informasi," ucap Adit.

Belum ada informasi terkait identitas pengemudi tersebut, begitu pula tentang kronologi kecelakaan. Motor yang dikendarai driver Go-Jek bernomor polisi B 6445 UM. 

"Petugas saat ini masih menangani di lokasi," tutupnya. 
(imk/rna)

Sumber: detik.com

Ini Penyebab Penyerbuan Driver Go-Jek ke Opang Stasiun Gubeng Baru



Surabaya - Peristiwa penyerbuan driver Go-Jek tadi malam ternyata dipicu oleh penganiayan yang dilakukan oleh tukang ojek pangkalan (opang) Stasiun Gubeng baru. Hal tersebut memicu solidaritas driver Go-Jek lain.

"Tadi malam, sekitar pukul 19.00 WIB, driver Go-Jek bernama Uut mengambil penumpang di depan Stasiun Gubeng Baru," kata Kanit Reskrim Polsek Tambaksari AKP Nadiar kepada detikcom, Senin (12/10/2015).

Hal itu rupanya membikin kesal opang. Lima opang kemudian mengejar Uut dan memaksanya menurunkan penumpangnya. Helm pria warga Sidotopo itu juga dirampas. Dari situ tersiar kabar di internal go-jek bahwa ada seorang driver Go-Jek dikeroyok leh opang Stasiun Gubeng baru.

Pukul 21.00 WIB, seorang driver Go-Jek bernama Syarif dan empat driver Go-Jek lainnya melintas di depan Stasiun Gubeng baru. Saat melintas itulah mereka dihentikan oleh 10 opang Stasiun Gubeng baru. Beberapa opang memukul kepala driver Go-Jek termasuk Syarif.

"Namun (driver) Go-Jek tidak melawan," lanjut Nadiar.

Insiden kedua itu membuat marah driver Go-Jek. Mereka bersolidaritas berkumpul di depan SMAN 2. Setelah terkumpul sekitar 200 driver Go-Jek, mereka menyerbu opang Stasiun Gubeng baru. Namun saat ke sana, para opang yang dicari tidak ada di lokasi sehingga tidak terjadi bentrok.

"Kasus ini tidak dilaporkan oleh korban. Tidak ada pelaporan," tandas Nadiar. 
(iwd/bdh)
Sumber: detik.com

Sempat 'Diserbu' Go-Jek, Opang Stasiun Gubeng Tetap Beroperasi



Surabaya - Meski ada insiden penyerbuan Go-Jek ke ojek pangkalan (opang) Stasiun Gubeng baru, namun opang masih tetap beroperasi. Mereka masih tetap mengambil penumpang yang turun dari kereta api.

"Kami tetap kerja, mau makan apa kalau tidak kerja," kata Tomo, salah satu opang Stasiun Gubeng kepada detikcom, Senin (12/10/2015).

Tomo mengatakan bahwa driver Go-Jek selama ini memang membikin kesal baik opang Stasiun Gubeng baru dan lama. Go-jek kerap mengambil penumpang dari wilayah mereka. Padahal driver Go-jek sudah diperingatkan berkali-kali.

"Kami mempersilakan kalau mereka (driver Go-Jek) mengantarkan penumpang ke sini. Tapi kami tidak terima kalau mereka mengambil penumpang dari sini. Itu kan sama aja dengan mengambil rezeki kami," lanjut Tomo.

Tomo dan sesama opang Stasiun Gubeng Baru dan lama sebetulnya sudah menyepakati bahwa driver Go-Jek boleh mengambil penumpang dengan batas toleransi 100 meter dari wilayang opang. Tetapi terkadang aturan tak tertulis itu dilanggar driver Go-Jek.

"Kami tidak main kekerasan. Kami hanya memperingatkan. Kami hampiri dan kami beri pengertian, itu saja," pungkas Tomo.

Kondisi serupa juga terjadi di opang Stasiun Gubeng lama. Mereka juga tetap beroperasi. Tidak ada penjagaan dari polisi. Tetapi anggota opang mengaku bahwa sesekali polisi datang untuk memantau situasi dan kondisi.
(iwd/bdh)

Sumber: detik.com

Pengemudi Gojek Usil Kerjai Teman Agar Tak Dapat Pesanan


VIVA.co.id - Solidaritas pengemudi alias driver Gojek dinilai sangat kuat. Misalnya saja, ketika ada seorang driver Gojek yang menjadi korban pemukulan oleh ojek pangkalan, maka pengemudi lainnya mendukung dengan mendatangi lokasi.

Seketika, para driver Gojek yang berjumlah hampir ratusan orang, turun ke jalan guna mencari siapa pemukul teman mereka tersebut. Namun, ternyata tak semua driver Gojek yang ada itu memiliki solidaritas yang kuat. Contohnya saja, seperti yang dialami oleh Iwan Setiawan (47 tahun).

Iwan, sapaan akrab pria tersebut, mengaku pernah dikerjai oleh pengemudi Gojek. Waktu saat dikerjai, Iwan habis mengantarkan penumpangnya, dan melihat ada driver Gojek lain sedang berkumpul, dia pun turut berkumpul di tempat tersebut.
"Waktu itu saya habis nganter dari Salemba ke Depok lama. Saya lihat ada yang lain ngumpul (driver Gojek), yah saya ikut ngumpul juga sekalian nyari order di situ. Abis sudah biasa kaya gitu kan kita," kata Iwan pada VIVA.co.id, di Jalan Salemba, Jakarta Pusat, Senin, 12 Oktober 2015.
Saat berkumpul, Iwan yang mengaku baru seminggu menjadi driverGojek ini meminta saran pada salah seorang driver lainnya, untuk membantunya mengoperasikan aplikasi Gojek, agar lebih mahir lagi dalam mengoperasikan aplikasi itu.

"Saya kan baru seminggu, yah saya minta ajarain lagi sama mereka-mereka ini yang kelihatannya udah lama jadi driver Gojek, biar saya enggak kagok lagi kan. Lalu, diajarin deh sama seorang driver di sana," kata dia.
Setelah aplikasi miliknya diotak-atik pengemudi lain, Iwan segera pulang ke rumahnya karena malam sudah semakin larut. Lalu, pada keesokan harinya, Iwan siap kembali beraktivitas lagi mencari penumpang.

Namun, hingga sore hari tiba, aplikasi Gojek miliknya tak kunjung berbunyi. Biasanya, kata Iwan, saat pagi hari sudah ada penumpang yang ingin menggunakan jasa dia.
Saat itu, Iwan sedang tidak mangkal di tempat biasa. Ia berkumpul dengan teman- temannya yang juga sesama driver Gojek di pangakalan depan perumahan Cipayung, Depok, Jawa Barat, namun sedang menunggu order dari rumahnya saja.

"Saya di rumah aja nunggu order mas. Biasanya handphone tuh bunyi, lah kok ini enggak," kata dia menceritakan.
Iwan mengaku panik, sebab tidak mendapat order hingga sore hari. Akhirnya, dia menuju pangkalan untuk meminta bantuan temannya memperbaiki aplikasi Gojek. Namun, mereka menyarankan Iwan bertanya ke kantor Gojek yang berada di kawasan Bangka, Jakarta Selatan.

"Lalu saya ke kantor Gojek di Bangka. Di sana aplikasi saya bisa dibenerin, langsung bunyi lagi. Ternyata, saya dikerjain, kata orang kantornya, aplikasi dibuat jadi enggak bisa nerima masukan. Mulai dari situ, saya udah hati-hati deh minta tolong sama driveryang lain. Ternyata, enggak semua driver Gojek itu solid," kata dia.

Sejak saat itu, Iwan mulai berhati-hati bila bertandang ke perkumpulan driver Gojek yang biasa ia tak pernah datangi. Kini, dia lebih memilih berkumpul dengan driver yang biasa mencari penumpang. (one)

Sumber: VIVA.co.id